Urgensi Fasilitas Transportasi Umum Ramah Perempuan di Indonesia (Diyanah Shabitah)
Topik perempuan dan transportasi publik ini merupakan masalah interseksi yang melibatkan perbedaan kebutuhan sosial ekonomi antara pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan ini didasarkan pada pembagian kerja dalam keluarga dan masyarakat. Karena itu, demi memenuhi kebutuhan perempuan dalam transportasi publik haruslah dipahami dengan perspektif gender. Perspektif ini akan memungkinkan masyarakat untuk mengidentifikasi instrumen dalam mengatasi kebutuhan perempuan, menetapkan kebijakan yang tepat, dan mengantar perubahan struktural yang diperlukan.
Permasalahan utmanya memang menjadi perempuan itu sulit, di satu sisi mengingkan emansipasi perlakuan dan hak-hak yang sama seperti laki-laki. Tapi di sisi lain juga menginginkan adanya ruang khusus bagi perempuan demi keselamatan dan kenyaman. Seperti pada konteks perempuan pada public transport atau transportasi publik. Kenyatannya perempuan dan laki-laki berbeda dalam pola berpergian. Terliput dalam laporan ITDP (Institute for Transportation & Development Policy) dengan tajuk “Perempuan di Transportasi Publik: Segregasi atau Eksklusivitas?” Perempuan adalah seorang multitasker dan seringkali menjadi caretaker. Seperti di kehidupan rumah tangga. Mereka harus mengurus anak sekolah, mengantar anak sekolah, mengurus suami, bahkan orang tua. Karena inilah kenapa perempuan memiliki rute perjalanan yang lebih sporadis daripada laki-lai. Sebab mereka harus mengantar-jemput anak ke sekolah, pergi ke pasar, dan lain-lain (Asumsi.co, 2019a).
“Besar harapan agar pemerintah mau membuka agenda publik dalam pembahasan perempuan dan transportasi publik. Sebab kenyataan ironis bahwa tidak ada inklusi gender yang sistematis prosedur untuk transportasi publik, baik dalam hal pelatihan profesional, partisipasi pengguna, maupun desain dan perencanaan sistem, layanan, dan peralatan”